PERSON CENTERED THERAPHY ( PCT )




Terapi ini dikembangkan oleh Carl Ransom Rogers pada tahun 1940 – an sampai dengan 1950 – an, sehingga sering juga disebut Rogerian Counselling atau Rogerian Therapy, meskipun Rogers sendiri tidak setuju dengan istilah itu. Ketidaksetujuan Rogers ini erat kaitannya dengan proses awal munculnya PCT tersebut. Rogers sendiri pertama-tama tidak bermaksud membuat suatu aliran terapi tersendiri. Ia hanya mengemukakan serangkaian hipotesis tentang penyebab perubahan kepribadian secara konstruktif. Kemudian ia menguji serangkaian hipotesis tersebut kepada klien-kliennya. Rogers juga mendorong dikembangkannya praktik terapi yang dipeloporinya melalui berbagai penelitian dan percobaan sehingga teknik tersebut dapat berkembang terus
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan PCTTerdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness, or cogruence, (2) acceptance or caring or prizing – unconditional positive regard, dan (3) empathic understandig.

KARAKTERISTIK TERAPI PCT
Terapis yang berhasil, menunjukkan empat karakteristik sebagai berikut:
1.      Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard)
Secara jujur dan tulus, terapis harus menyukai kliennya. Terapis tidak harus menyetujui setiap perilaku kliennya, namun ia harus mampu membedakan antara dosa dan pendosa (sins and sinner), perilaku salah dan orang salah.
2.      Empati secara akurat (accurate empathy)
Ini berarti kemampuan untuk mempersepsi secara akurat dunia internal klien dengan menggunakan cara non-evaluatif. Untuk menunjukkan empati secara akurat, terapis berusaha mengetahui bahwa ia bersungguh-sungguh mengerti apa yang dimaksud klien. Semakin terapis mampu merasakan secara akurat perasaan-perasaan dan makna-makna pribadi yang sedang dialami klien, kemudian mengkomunikasikan pemahaman yang penuh penerimaan ini, maka akan semakin besar kemungkinannya terjadi perubahan pada diri klien dalam proses terapi.
3.      Kongruensi dalam hubungan interpersonal (congruence in interpersonal relationship)
Kesediaan terapis untuk menjadi dirinya sendiri secara alamiah dan terbuka, dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan hubungan yang tulus dan tidak mengada-ada (realistis).
4.      Belajar dari klien (learn from the client)
Terapis yang baik harus mampu berdiam diri dan menyimak (active listening). Terapi adalah komunikasi dua arah, sehingga terapis dapat belajar dan memperoleh manfaat tertentu dari hubungan dengan kliennya.
TAHAP-TAHAP PROSES TERAPI
            Umumnya terdapat 7 (tujuh) tahapan terapi:
Tahap 1           : Komunikasi klien biasanya tentang hal-hal di luar dirinya, bukan tentang dirinya.
Tahap 2           : Klien mulai mendeskripsikan perasaan-perasaan namun belum mengenali atau
 “memiliki” perasaan tersebut secara personal.
Tahap 3           : Klien mulai membuka dirinya namun masih menganggapnya sebagai obyek, biasanya diungkapkan dalam bingkai pengalaman masa lalu.
Tahap 4           : Klien mulai mengalami perasaan-perasaan saat ini, namun masih terbatas pada
 deskripsi tentang perasaan-perasaan itu, disertai dengan ketidakpercayaan dan
 ketakutan. Klien belum berani mengungkapkan perasaan-perasaan tersebut secara
 langsung.
Tahap 5           : Klien mengalami dan mengungkapkan perasaan-perasaan secara bebas dalam   konteks saat ini. Perasaaan- perasaan senyatanya mulai “terangkat” ke kesadaran, dan klien mempunyai dambaan untuk mengalaminya.
Tahap 6           : Klien menerima perasaan-perasaannya dalam segenap kekayaan dan dimensi  kekiniannya.
Tahap 7           : Klien mempercayai pengalaman baru dan bergaul dengan orang lain secara terbuka dan bebas.
Kalau pengalaman terapi ini berjalan lancar, maka dapat menimbulkan dorongan aktualisasi diri yang lebih besar, yang ditandai oleh meningkatnya kongruensi, keterbukaan terhadap pengalaman, penyesuaian, korespondensi antara diri senyatanya dengan diri ideal (actual dan ideal self), penghargaan diri, penerimaan terhadap diri dan orang lain, dan mulai menghargai nilai-nilai organismik.

    KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
1.      Kelemahan
  •   Memungkinkan sebagian (terapis) menjadi terlalu terpusat pada konseli sehingga melupakan keasliannya.
  • Kesalahan sebagian besar terapis dalam menterjemahkan sikap-sikap yang harus dikembangkan dalam hubungan terapeutik.
                                                                                         
2.      Kelebihan
  • Sifat keamanan. Individu dapat mengexplorasi pengalaman-pengalaman psikologis yang bermaknya baginya dengan perasaan aman.
  • Dapat diterapkan pada setting individual maupun kelompok.
  • Memberikan peluang yang lebih luas terhadap klien untuk mendengar dan didengar.
  • Rumusannya dapat diuji lagi
  

SUMBER
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psycotherapy. Thomson Higher Education: USA

Gillon, W. 2007. Person Centred Counseling Psychology and Introduction. Sage Publications: London

Sommers, J., & Rita, S. 2004. Counseling and Psycotherapy Theories in Context and Practice Skill Strategies and Techniques. John Willey & Sons Inc: New Jersey

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUKU "WAKTU AKU SAMA MIKA"

Sistem Informasi Berbasis Komputer atau Computer Based Information System (CBIS)

sejarah internet